Makna Peringatan Tsunami Aceh Pasca 16 Tahun Berlalu

Foto dw.com

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Aceh kembali menyelenggarakan acara Doa bersama untuk  memperingati 16 tahun tragedi musibah gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004 yang menewaskan Puluhan ribu korban jiwa.

Agenda ini adalah sebuha kegiatan yang melakukan tasyakur dan  tafakur dalam bentuk doa bersama, zikir bersama dan santunan anak yatim.  Selain itu, dalam rangkaian acaranya juga ada tausiah yang berlangsung di dua lokasi. Pertama di Stadion Harapan Bangsa dan  kedua di Anjong Monmata, Banda Aceh pada Sabtu 26 Desember 2020 yang akan datang.

Walaupun sudah berlalu 16 tahun, musibah ini masih sangat membekas di masyarakat Aceh. Banyak masyarakat yang kehilangan orang yang disayanginya, keluarga, serta kerabat dalam peristiwa ini.

Dilansir dari Tagar (24/12), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Jamaluddin mengatakan bahwa selama 16 tahun terakhir ini, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat serta Masyarakat Internasional sudah banyak mengadakan berbagai kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Hal ini merupakan upaya membangun Aceh lebih baik pada berbagai macam sektor kehidupan masyarakat. Selain itu, Menurut Jamaluddin selaku Kepala Dinas Kota Aceh bahwa dampak buruk akibat bencana alam tsunami yang terjadi tepatnya 26 Desember tahun 2004 lalu masih sangat melekat dalam ingatan para korban yang selamat sampai sekarang ini.

Acara peringatan 16 tahun itu diharapkan menjadi media efektif untuk dapat membangun semangat serta mendukung pembangunan Aceh pasca bencana tersebut.

Peringatan ini rutin dan selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh untuk mengingat kejadian yang memporak-porandakan hampir seluruh wilayah Banda Aceh.

Bahkan, dari Pihak Lembaga Panglima Laut memerintahkan akan memberikan sanksi adat kepada nelayan yang melaut saat acara peringatan 16 tahun bencana tsunami 26 Desember 2020.

Keputusan ini diambil mengingat banyaknya nelayan dan masyarakat pesisir yang menjadi korban tsunami pada 2004. Sebagai bentuk rasa pengormatan kepada korban tsunami maka dihimbau untuk para nelayan, pedagang ikan, pedagang kios dan pedagang es agar tidak melakukan aktivitas selama sehari penuh pada tanggal 26 Desember 2020 dimulai dari jam 06.00 hingga 19.00 WIB.

Pihak Lembaga Panglima Laut mengajak mengenang hari duka ini dengan zikir dan doa bersama.

Setelah melakukan zikir, doa bersama dan pemberian santunan kepada 400 anak yatim piatu. Kemudian, biasanya panitia akan membagikan makanan hasil sumbangan dari warga dan melaksanakan kenduri peringatan tsunami.

Selain peringatan tsunami, di wilayah Aceh ada juga hari-hari lain yang dijadikan hari larangan melaut bagi nelayan dan masyarakat pesisir. Antara lain, Peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus, Hari Jumat, Peringatan 1 Muharram dan Hari raya lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.

Peringatan Tsunami Aceh tersebut diadakan bukan bertujuan untuk berlarut-larut di dalam kesedihan tetapi untuk mengenang  tragedi yang sangat membuat banyak warga Aceh berduka dan tak hanya bagi masyarakat Aceh saja tapi juga Seluruh Indonesia.

Kejadian Gempa dan Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 silam termasuk dalam salah satu Bencana Alam Terbesar di Indonesia. Kejadian itu meluluhlantakkan sebagian besar wilayah pesisir pantai di sekitar 12 kabupaten dan kota Provinsi aceh yang diberi julukan Serambi Mekah ini.

Sekitar 200 ribu jiwa korban meninggal dan masih banyak lagi korban yang hilang belum ditemukan. Gempa yang menyebabkan tsunami di Aceh tersebut memiliki kekuatan berkisar 9,1 pada Skala Richter. Tentu ini menjadi peristiwa pahit yang selalu membekas di masyarakat Aceh.

 

Exit mobile version